Kelas inspirasi adalah sebuah gerakan mengajar sehari oleh para profesional untuk memberikan pengetahuan, pengalaman mengenai profesi serta motivasi meraih cita kepada anak sekolah dasar (cek disini). Setelah panjang lebar bercerita di East Coast, Surabaya, akhirnya kami memutuskan untuk mengawali gerakan ini. Didasari atas niat untuk memberikan bakti kepada kota kelahiran. Di tengah kesibukan bukanlah penghalang bagi kami untuk bergerak meskipun tidak mudah. Namun, tekad ini terbayar dengan terbentuknya panitia inti KING. Entah berapa banyak yang daftar pada saat itu namun inilah mereka saat welcome party. Ini pertanda : Yeah! Kami siap!
KING adalah gerakan pertama yang diadakan di Nganjuk, entah bagaimana respon masyarakat mengenai gerakan ini hanya Tuhan yang tahu. Bahkan, sebagian besar dari tim pengonsep juga masih mengambang mengenai konsep gerakan KI yang akan diselenggarakan di Nganjuk ini. Namun kami meyakini bahwa yang terpenting saat ini bukanlah hasil melainkan tahu apa yang harus dilakukan. Silih berganti berbuat, silih berganti berkeringat, walau terkadang harus bersilat lidah namun keyakinan keberlangsungan kegiatan ini sangat besar.
Waktu adalah sahabat terbaik untuk menunjukkan seberapa jauh langkah dan amanah kami untuk mewujudkan kegiatan KING. Karena waktulah yang mempertemukan sekaligus memisahkan. Dialah pengkader terbaik dalam kehidupan manusia. Hal ini menjadikan pasang surut semangat kami, terlebih disaat ditinggal rekan yang tiada kabar entah kemana (aku merindumu!).
Perjuangan ini ibarat menanam biji di dalam tanah. Kita harus bersabar apakah biji tersebut akan bertunas atau tidak. Tuhan menakdirkan, namun manusia tetaplah mampu menentukan nasibnya. Biji KING telah kami tanam, namun apakah ada yang menyiangi, memupuk, dan sabar merawatnya hingga bertunas? Entahlah.
Bulan silih berganti, perjalanan ini tetap kami lanjutkan dengan kekuatan serta kesabaran yang tersisa. Tindakan nyata tetap kami lakukan sebisa mungkin. Mulai dari persiapan kegiatan dengan mendengarkan opini orang yang pernah terlibat sebelumnya. Turun langsung ke lapangan (alun – alun), siaran radio (RSAL dan Nida FM), hingga mendatangi para profesional Nganjuk ke rumahnya untuk mengenalkan KING sekaligus menyeret mereka kepada gerakan positif ini. Entah ada ataupun tiadanya hasil, kami tetap melakukan dengan sukacita walau terkadang menyayat hati kecil.
Gambar4. Sekilas Perjuangan KING
Sekolah marginal atau dapat dikatakan sekolah pinggiran adalah salah satu alasan kami memutuskan untuk memilih target sekolah di selatan Kabupaten Nganjuk. Hal ini dikarenakan daerah selatan merupakan daerah pegunungan, yakni deretan Pegunungan Liman dan Limas. Dimana akses informasi kepada anak didik mengenai keberagaman profesi masih sangat minim. Hal ini dibuktikan dari survei di SDN Bareng 4, kebanyakan dari mereka hanya bercita – cita menjadi dokter, petani dan guru. Padahal masih banyak profesi yang bisa mereka jadikan cita – cita di kemudian hari.
“Pembelajaran yang paling berharga adalah pengalaman dan pengalaman yang paling mengesankan itu adalah bersama keluarga, yang kusebut dengan KING”.
Dikarenakan akses menuju lokasi begitu sulit dikarenakan medan yang menanjak disertai jalan yang seadanya membuat kami harus berhati – hati dalam mensurvei lokasi. Karena inilah cerita itu tergores dalam ingatan kami, sebuah kisah yang tentunya tidak dapat dilupakan. Berawal dari kesepakatan untuk menetapkan sekolah sasaran. Kamipun dalam waktu sehari harus mengunjungi tujuh sekolah yang telah ditetapkan (meliburkan diri di tengah kesibukan, salut!). Lantas kami harus menerjang barisan perbukitan dengan motor dan beberapa pengemudinya adalah perempuan. Hingga terjadilah insiden yang mungkin akan menjadi rahasia kami sekeluarga, namun saya masih memiliki foto narsis pasca insiden.
Gambar5. Pasca Insiden di Tanjakan Impian
Saya namakan tanjakan ini “tanjakan impian“, karena jalan menuju impian pastilah terjal dan menanjak. Namun, hal itulah yang menjadi bumbu menuju kesuksesan untuk mencapai impian dan yang akan kita rindukan dimasa mendatang. Karena dimanapun kita dilahirkan, impian kita harus berada di satu tempat yang sama di atas langit, indah bersama para bintang.
Mendekati hari H semakin kompleks masalah yang kami hadapi. Masalah kecil namun sangat membekas, pembelajaran tentang ketulusan. Ketulusan melepas bagian dari saudara kami yang sudah tidak dapat berperan di KING dikarenakan beberapa alasan. Ketulusan untuk tetap memperjuangkan KING dengan keluarga yang tersisa (tengok kanan – kiri). Ibarat lantunan lagu yang dinyanyikan alm. Chrisye “Badai pasti berlalu”, kami sekarang sedang diterjang badai bertubi tubi yang bernama badai keyakinan. Keyakinan tentang biji KING yang telah kami tanam. Adakah yang merawat hingga akhir? Akankah bertunas? Lantas jika bertunas, seperti apa tunas yang kemudian muncul? Wujud dari ketulusan ini menjadi pertaruhan nyata nasib manusia dengan takdir Tuhan.
…Bersambung…
Sesuatu yang belum terlihat nyata memang begitu sulit untuk dijelaskan terlebih diperjuangkan. Namun kami tidak mempunyai alasan lain selain memperjuangkan. (Isha F.H)
Nb : Catatan Bulan September 2014