Mengurai Senyuman Untuk Mengukir Masa Depan

 

1.jpgGambar1. Halaman SDN Bajulan 1

Pagi yang cerah menghiasi langit di Desa Bajulan, Kabuten Nganjuk hari itu  (17/11/2012). Tanda-tanda bekas hujan kemarin sore seolah tak nampak lagi. Hingga suara lirih anak-anak yang berjalan menuju ke sekolah mengingatkan aku pada sebuah janji. Janji untuk mengisi kegiatan di SDN Bajulan 1 di tengah-tengah liburan panjang ini.

Sekolah yang telah memberikan gambaran kehidupan pada masa kecilku. Dimana jasa sekolah melalui para guru yang mengajarkan beragam pengetahuan layak untuk  dibalas. Untuk itulah kegiatan ini sengaja kami lakukan dan kami sebut dengan “istana kecil”.

Istana kecil memberikan pengertian bahwa sekolah harusnya menjadi tempat yang nyaman untuk memperoleh pengetahuan. Bagaimanapun kondisi sarana dan prasarana tidak menjadi kendala dalam menumbuhkembangkan rasa senang belajar di masa kecil.

Oleh karena itu tidak kalah penting bagaimana metode penyampaian kegiatan belajar mengajar itu disampaikan. Karena bekal dasar yang harusnya disisipkan saat sekolah dasar adalah menumbuhkan sikap bahwa bersekolah/belajar merupakan kegiatan yang menyenangkan.

Maka dari itulah kegiatan kali ini banyak diisi dengan permainan untuk memberikan keceriaan kepada siswa. Dimana dalam setiap permainan disisipkan materi-materi yang berhubungan dengan pembelajaran di sekolah. Dengan harapan permainan ini nantinya dapat menjadi sarana untuk merangsang rasa kepercayaan diri serta melatih konsentrasi siswa.
2.jpg
  Gambar2. Kegiatan di luar kelas

Untuk itu pada permainan pertama siswa diajak keluar kelas untuk bermain permainan air, darat, laut. Ialah permainan untuk menyebutkan nama hewan sesuai dengan habitatnya. Namun setelah di rubah bentuk aturan mainnya dengan menyebutkan nama hewan yang tidak hidup di habitat yang disebutkan siswa mengalami kesulitan. Adapun tujuan dari permainan ini selain untuk melatih konsentrasi juga untuk melatih mengubah pola pikir/kebiasaan siswa yang sudah menjadi keseharian.

Kegiatanpun dilanjutkan dengan permainan tebak-tebakkan di dalam kelas setelah usai istirahat. Dimana salah satu siswa maju ke depan dengan diberi jawaban yang harus disebutkan petunjuk-petunjuknya agar temannya yang duduk dapat menjawab dengan benar. Permainan ini sangat efektif untuk melatih pengetahuan siswa dalam memecahkan sebuah permasalahan. Selain itu kepercayaan diri siswa dalam mengacungkan tangan dan menjawab dapat diasah.

Inti dari kegiatan kedua ini adalah menanamkan pembelajaran bahwa dalam bersekolah kita tidak perlu takut salah. Hal terpenting adalah bagaimana mengembangkan minat siswa dalam memahami apa arti belajar. Karena kebanyakan siswa sangat takut ketika disuruh menjawab. Sebagian besar alasannya adalah takut salah. Sesuatu yang kecil ini seharusnya menjadi hal yang perlu kita perhatikan pula kedepannya.

Gambar3. Antusiasme dan salah satu mimpi siswa SDN Bajulan 1

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia, sebait lirik dari band nidji ini sekaligus sebagai lantunan tembang penutupan dari serangkaian kegiatan. Dimana sebelum penutupan para siswa diberi secarik kertas untuk menuliskan cita-citanya kelak ketika dewasa. Alhasil, banyak siswa yang berkeinginan menjadi guru, tentara, dokter, dls.

Mimpi mereka sangat indah dan siapa yang akan membantu mereka kelak jika mereka tidak tahu bagaimana cara meraihnya. Maka dari itu marilah kita melakukan tindakan kecil untuk membantu adik-adik kita untuk meraih impiannya. Keterbatasan bukanlah penghalang untuk bergerak mari saling berbagi dan menginspirasi.

Laskar Muda Beraksi (LMB) Surabaya

1.jpgGambar1.Keluarga LMB Surabaya

Cerita ini berawal dari dipertemukannya 13 pemuda pemudi yang beruntung bisa kuliah di Surabaya dan diterima menjadi salah satu laskar muda. Sebuah program kerjasama antara Darya Varia dengan Palang Merah Indonesia. Kami bertiga belas menjadi agen untuk memberikan informasi tentang kesehatan dan kebencanaan di tiga kabupaten di Jawa Timur (Madiun, Ponorogo dan Jember). Kisah ini amatlah mengharukan, bukan masalah kami menjadi laskar muda tetapi kami telah menjadi saudara yang tak terpisahkan oleh jarak dan waktu.

Entah dari mana saya harus memulai, karena kegiatan ini sudah berlangsung tiga tahun lalu. Diantara kami masih ada yang menunggu masa wisuda, baru di wisuda, bekerja, dan bahkan sudah ada yang menikah. Perkenalkan saya Isha Frandika salah satu cowok di laskar muda Surabaya dan merupakan satu satunya orang dari ITS. Tidak banyak yang ingin saya ceritakan selain hanya ingin mengenang masa – masa indah bersama mereka.

Masih teringat pada suatu hari saya harus menemani tiga srikandi untuk survey ke Madiun dengan sepeda motor. Tidak terbayangkan harus pulang – pergi (pp) Sby – Madiun bersama srikandi luar biasa. Parahnya pada perjalanan pulang kami harus istirahat di SPBU dan tertidur tepat di depan pintu toilet. Oeya saya juga masih ingat kejadian saat diantara kami ada yang ulang tahun saat kegiatan di Jember. Senang rasanya bisa melihat tangis kebahagiaan dari seseorang yang sebut saja Lia.

Disini saya banyak belajar tidak hanya tentang masalah kesehatan, persahabatan, namun juga mulai mendapatkan hobi baru yakni memberi semangat belajar kepada anak – anak. Cerita boneka, superman wush, layar tancep, senam bareng, budaya cuci tangan, materi kelas, dan masih banyak lagi cerita dengan anak – anak. Oeya, tidak lupa pula saat di Jember kami bersama anak – anak sering bermain bersama di kebun karet. Pengalaman indah yang tidak akan bisa saya lupakan.

Kegiatan kami selain memberikan pengetahuan kesehatan dan pertolongan pertama kepada para siswa, juga melakukan pengobatan gratis, penanaman toga, hingga simulasi kebencanaan. Bahagia rasanya bila melihat orang lain berbahagia. Kiranya masa mahasiswa haruslah diisi dengan kegiatan belajar hati, bukan hanya semata belajar di ruangan dengan diktat – diktat. Perkembangan otak dan nurani haruslah seimbang, agar kelak mahasiswa menjadi pribadi teladan saat menjadi generasi pengganti di negeri ini. Malam ini – sembari mengisi waktu luang, saya hanya ingin menuangkan beberapa ingatan pada tulisan singkat ini. Sehingga bagi yang membacanya dapat menambah inspirasi. Semangat beraktivitas wahai anak muda! Bermimpilah besar dengan tindakan kecil yang nyata.

Gambar2. Suasana Pelatihan di Bandung

Gambar3. Kegiatan di Tahun 2011

Gambar4. Kumpul keluarga LMB Surabaya di Surabaya

19Gambar5. Pernikahan Salah Satu LMB Surabaya

a.jpg

Gambar6. Aktivitas temu kangen tahun 2016 di Malang ( Baksos )

Gambar6. Aktivitas temu kangen tahun 2016 di Malang ( Mbolang )

Tidak hanya membuat acara saat pasca pelatihan, namun batin kami terasa dan tergerak bahwa melakukan hal baik tidak ada batasannya. Bisa kami lakukan kapanpun dan dimanapun. Salah satunya, pada waktu acara temu kangen kami memutuskan untuk melakukan hal kecil yang kiranya dapat bermanfaat bagi orang lain sembari melakukan perjalanan alias mbolang.

Masa muda masa belajar menyeimbangkan pikiran dan perasaan untuk perubahan kecil yang nyata. ( Isha F.H.)

Nb : Catatan Bulan Oktober 2014 dengan penambahan

NOSTALGIA TERINSPIRATIF KING #2

Tubuhku terbawa pada sebuah masa…

Masa yang tak mengenal batas

Ketika impian tinggi begitu nyata

Kini, aku terdampar

Lorong waktu membawa raga dan pikiranku

Bersama mimpi usang itu

Melayang dan menghujam di sebuah desa

Lantas kuhanya bercerita

Tatkala putih merah membalut raga

Kusampaikan nostalgiaku

Agar kelak kau dapat sepertiku

Bernostalgia sembari berbalut mimpi di ragamu

Dua puluh sembilan september dua ribu empat belas”, tanggal yang tidak akan terlupa. Sebuah momen spesial dalam kehidupan kami. Kembali ke sebuah tempat bersejarah, sebuah tempat yang bernama sekolah dasar.

Pagi itu sungguh beruntung karena kami tidak terlambat mengikuti upacara bendera. Sebelum upacara dimulai kami menyempatkan untuk bernyanyi bersama di bawah pohon mangga depan sekolah.  Sebuah nostalgia yang sempurna, kami menyatu dengan para siswa.  

Namun hati langsung tersayat ketika kakak kelas enam tidak mampu mencontohkan perilaku yang baik kepada adek kelasnya. Duduk di belakang disaat adek – adek yang lain berdiri dan bernyanyi bersama. Itulah yang sekilas teringat disaat upacara dimulai dan baitan lagu Indonesia Raya berkumandang dengan khidmat. 

“…Hiduplah tanahku hiduplah negeriku bangsaku rakyatku semuanya bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk indonesia raya…”

Pendidikan sejatinya tidak hanya mengajarkan sebatas materi pelajaran namun harus mampu memberikan teladan karakter, terlebih kebebasan dalam membangun impian. Berbicara mengenai impian, inilah salah satu alasan kami : Ratu A. (apoteker), Adit (penyiar radio), Winarsih (guru BIG), Doni P. (Photographer) , Najib (Photographer) dan dua mahasiswa bernama Isha F. Dan Sri W. untuk datang kembali ke sekolah dasar.

Dibagi tiga kelas, para profesional mulai bekerja sesuai ranahnya masing – masing. Ratu, Adit dan Winarsih mengajarkan profesi mereka masing – masing secara bergantian. Kemudian tidak kalah hebohnya sambil mengabadikan momen inspirasi kedua potograper juga sekali – kali mengenalkan mengenai photography.

Ibu win dengan semangatnya mengeluarkan berbagai macam buah – buahan. Buah tersebut dijadikan sebagai metode pengajaran kepada anak didik tentang bahasa Inggris. Watermelon apa bahasa indonesianya anak – anak, “melon berair”, ujar anak – anak. Watermelon adalah eng..ing..eng..dari sebuah kantong ajaib Ibu Win mengeluarkan buah semangka.

1.JPGGambar1. Bu win saat mengajar

Tidak kalah seru di kelas sebelah mas Adit memperkenalkan profesi penyiar kepada para siswa. Dengan peralatan siaran sederhana, diharapkan anak – anak dapat langsung mempraktekan menjadi seorang penyiar. Berbicara di mic dan mendengarkan suaranya sendiri melalui headset yang dipasang dikedua telinga. Beberapa diantara siswa sangat berantusias hingga menyoba beberapa kali namun ada juga yang tidak mau mencoba karena malu.

2.JPGGambar2. Mas Adit melatih siaran

Tidak mau kalah dengan dua profesional lainnya, mbak Ratu juga memiliki trik tersendiri dalam mengenalkan profesinya. Sebagai apoteker rasanya obat – obatan merupakan barang yang tidak asing baginya. Dan ternyata media ini yang dibawa mbak ratu untuk mengenalkan profesinya. Tidak hanya itu para siswa disuruh praktek untuk membuat ramuan obat. Metodenya sederhana, berbekal materi yang telah diajarkan para siswa menuliskan racikan obatnya masing – masing dalam sebuah kertas untuk menyembuhkan sakit panas. Lantas dari tulisan itu para siswa membuat miniatur pesawat dan menerbangkannya untuk melawan penyakit.  

3.JPGGambar3. Mbak ratu dan racikan pesawatnya

Sementara para profesional memberikan inspirasi di kelas, para fasilitator menyiapkan konsep untuk penutupan acara. Origami impian yang akan dipajang di kelas, menerbangkan balon, dan penanaman tanaman itulah konsep yang diusung. Adapun alasan pemilihan konsep ini agar para siswa tetap mengingat impian mereka. Impian yang sangat tinggi laksana terbangnya sang balon. Namun tetap mengakar kuat dalam bumi sebagai perwujudan agar kita tidak menyombongkan diri di kemudian hari setelah mimpi kita terwujud

Gambar4.  Penanaman dan saat foto bersama

Dan, inilah kami…6.JPGGambar5. Inspirator SDN Bajulan 3 di KI Nganjuk

Nb : Catatan Bulan Oktober 2014

Biji Harapan KING #1

Hidup penuh dengan keajaiban yang tidak bisa diramalkan sebelumnya. Demikian pula dengan pertemuan tiga orang ini. Meskipun terlahir dari rahim kota yang sama namun kami baru mengenal sekitar beberapa bulan yang lalu (17/05/2014). Meskipun diantara kami ada yang satu almamater, namun baru tersadar setelah bertemu. Pertanyaannya, darimana kami kenal? Jawabnya sederhana, Tuhan telah menakdirkan kami untuk memulai petualangan kami menggagas “Kelas Inspirasi Nganjuk (KING)”.
5.jpg
Gambar1. Mbak Vivi (PM IV), Isha (Mahasiswa), Rahayu (Mahasiswa)
    6.jpg
Gambar2. Logo Kebanggaan KING

Kelas inspirasi adalah sebuah gerakan mengajar sehari oleh para profesional untuk memberikan pengetahuan, pengalaman mengenai profesi serta motivasi meraih cita kepada anak sekolah dasar (cek disini). Setelah panjang lebar bercerita di East Coast, Surabaya, akhirnya kami memutuskan untuk mengawali gerakan ini. Didasari atas niat untuk memberikan bakti kepada kota kelahiran. Di tengah kesibukan bukanlah penghalang bagi kami untuk bergerak meskipun tidak mudah. Namun, tekad ini terbayar dengan terbentuknya panitia inti KING. Entah berapa banyak yang daftar pada saat itu namun inilah mereka saat welcome party. Ini pertanda : Yeah! Kami siap!

7.jpg
Gambar3. Keluarga KI Nganjuk (KING)

KING adalah gerakan pertama yang diadakan di Nganjuk, entah bagaimana respon masyarakat mengenai gerakan ini hanya Tuhan yang tahu. Bahkan, sebagian besar dari tim pengonsep juga masih mengambang mengenai konsep gerakan KI yang akan diselenggarakan di Nganjuk ini. Namun kami meyakini bahwa yang terpenting saat ini bukanlah hasil melainkan tahu apa yang harus dilakukan. Silih berganti berbuat, silih berganti berkeringat, walau terkadang harus bersilat lidah namun keyakinan keberlangsungan kegiatan ini sangat besar.

Waktu adalah sahabat terbaik untuk menunjukkan seberapa jauh langkah dan amanah kami untuk mewujudkan kegiatan KING. Karena waktulah yang mempertemukan sekaligus memisahkan. Dialah pengkader terbaik dalam kehidupan manusia. Hal ini menjadikan pasang surut semangat kami, terlebih disaat ditinggal rekan yang tiada kabar entah kemana (aku merindumu!).

Perjuangan ini ibarat menanam biji di dalam tanah. Kita harus bersabar apakah biji tersebut akan bertunas atau tidak. Tuhan menakdirkan, namun manusia tetaplah mampu menentukan nasibnya. Biji KING telah kami tanam, namun apakah ada yang menyiangi, memupuk, dan sabar merawatnya hingga bertunas? Entahlah.

Bulan silih berganti, perjalanan ini tetap kami lanjutkan dengan kekuatan serta kesabaran yang tersisa. Tindakan nyata tetap kami lakukan sebisa mungkin. Mulai dari persiapan kegiatan dengan mendengarkan opini orang yang pernah terlibat sebelumnya. Turun langsung ke lapangan (alun – alun), siaran radio (RSAL dan Nida FM), hingga mendatangi para profesional Nganjuk ke rumahnya untuk mengenalkan KING sekaligus menyeret mereka kepada gerakan positif ini. Entah ada ataupun tiadanya hasil, kami tetap melakukan dengan sukacita walau terkadang menyayat hati kecil.

 Gambar4. Sekilas Perjuangan KING

Sekolah marginal atau dapat dikatakan sekolah pinggiran adalah salah satu alasan kami memutuskan untuk memilih target sekolah di selatan Kabupaten Nganjuk. Hal ini dikarenakan daerah selatan merupakan daerah pegunungan, yakni deretan Pegunungan Liman dan Limas. Dimana akses informasi kepada anak didik mengenai keberagaman profesi masih sangat minim. Hal ini dibuktikan dari survei di SDN Bareng 4, kebanyakan dari mereka hanya bercita – cita menjadi dokter, petani dan guru. Padahal masih banyak profesi yang bisa mereka jadikan cita – cita di kemudian hari.

Pembelajaran yang paling berharga adalah pengalaman dan pengalaman yang paling mengesankan itu adalah bersama keluarga, yang kusebut dengan KING”.

Dikarenakan akses menuju lokasi begitu sulit dikarenakan medan yang menanjak disertai jalan yang seadanya membuat kami harus berhati – hati dalam mensurvei lokasi. Karena inilah cerita itu tergores dalam ingatan kami, sebuah kisah yang tentunya tidak dapat dilupakan. Berawal dari kesepakatan untuk menetapkan sekolah sasaran. Kamipun dalam waktu sehari harus mengunjungi tujuh sekolah yang telah ditetapkan (meliburkan diri di tengah kesibukan, salut!). Lantas kami harus menerjang barisan perbukitan dengan motor dan beberapa pengemudinya adalah perempuan. Hingga terjadilah insiden yang mungkin akan menjadi rahasia kami sekeluarga, namun saya masih memiliki foto narsis pasca insiden.

8.jpg Gambar5. Pasca Insiden di Tanjakan Impian

Saya namakan tanjakan ini “tanjakan impian“, karena jalan menuju impian pastilah terjal dan menanjak. Namun, hal itulah yang menjadi bumbu menuju kesuksesan untuk mencapai impian dan yang akan kita rindukan dimasa mendatang. Karena dimanapun kita dilahirkan, impian kita harus berada di satu tempat yang sama di atas langit, indah bersama para bintang.

Mendekati hari H semakin kompleks masalah yang kami hadapi. Masalah kecil namun sangat membekas, pembelajaran tentang ketulusan. Ketulusan melepas bagian dari saudara kami yang sudah tidak dapat berperan di KING dikarenakan beberapa alasan. Ketulusan untuk tetap memperjuangkan KING dengan keluarga yang tersisa (tengok kanan – kiri). Ibarat lantunan lagu yang dinyanyikan alm. Chrisye “Badai pasti berlalu”, kami sekarang sedang diterjang badai bertubi tubi yang bernama badai keyakinan. Keyakinan tentang biji KING yang telah kami tanam. Adakah yang merawat hingga akhir? Akankah bertunas? Lantas jika bertunas, seperti apa tunas yang kemudian muncul? Wujud dari ketulusan ini menjadi pertaruhan nyata nasib manusia dengan takdir Tuhan.

…Bersambung…

Sesuatu yang belum terlihat nyata memang begitu sulit untuk dijelaskan terlebih diperjuangkan. Namun kami tidak mempunyai alasan lain selain memperjuangkan. (Isha F.H)

Nb : Catatan Bulan September 2014

Pemicuan, Bodag 100% Bebas BABS

Hai para pembaca setia, sudah pernah mendengar istilah BABS? BABS adalah singkatan dari buang air besar sembarangan. Masih sering melihat masyarakat BABS di lingkungan sekitar kalian? Jika masih ada, saya mempunyai sedikit pengalaman yang bisa saya ceritakan tentang sebuah kegiatan untuk mengatasi kebiasaan BABS. Kegiatan ini terselenggara berkat kerjasama antara UKM KSR PMI ITS dengan DINKES Provinsi.
Kegiatan ini dikenal dengan istilah STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). STBM merupakan bentuk pendekatan merubah pola hidup masyarakat menjadi lebih bersih dan sehat. Adapun metodenya dinamakan pemicuan. Pemicuan hampir mirip dengan penyuluhan namun pendekatan yang digunakan berbeda. Karena masyarakat digiring untuk paham sesuai realita yang ada di masyarakat setempat.
Pada acara ini dibagi beberapa kelompok dan saya diamanahi menjadi krombong di Kelurahan Bodag. Adapun satu tim / rombongan berjumlah 6 orang (semua berjas almamater ITS kecuali saya memakai jaket hitam). Akan saya perkenalkan satu persatu       ( dari kiri ) : Rohim, Isha, Sandya, Desi, Hafid, dan Resti. Adapun yang berbaju batik adalah masyarakat desa Bodag yang membantu kami selama berkegiatan di desa tersebut.
Gambar1. Foto bersama di Puskesmas Kec. Ngadirojo

Gambar2. Foto dulu sebelum beraksi

Tibalah hari yang ditunggu – tunggu karena pemicuan akan dimulai. Sekali lagi ini pemicuan, bukan penyuluhan. Jadi disini kita mendekati warga yang belum sadar akan hidup sehat bukan dengan memberinya materi. Namun lebih pada pendekatan personal kepada warga kenapa masih bersikap acuh tak acuh terhadap BABS. Pada kegiatan pemicuan tidak ada yang namanya menggurui dan digurui, tidak ada yang lebih tahu dan tidak tahu, karena kita juga belajar dari masyarakat setempat.
Adapun teknik pemicuan berdasarkan versi saya, yang mungkin bisa dijadikan referensi tambahan adalah jangan lupa memperkenalkan diri beserta maksud dan tujuan kedatangan. Pada sesi ini, serius merupakan kata kunci agar masyarakat tidak memandang kita sebelah mata. Hal ini penting supaya apa yang kita sampaikan diperhatikan oleh masyarakat. Pada sesi berikutnya, kita dituntut untuk 180 derajat berubah total agar kita dapat membaur dengan masyarakat sebelum pemicuan agar tidak terkesan bernuansa formal dan kaku. Hal yang bisa dilakukan bisa dengan ice breaking atau memakai bahasa yang tidak formal ( ijin dulu pada warga ).
Pada saat pemicuan dimulai kita harus menyepakati dulu istilah umum tinja untuk masyarakat setempat. Kalau di Bodag kata yang paling umum adalah “tai”. Nah, tanyakan kepada warga lokasi mereka melakukan hajat membuang “tai” nya tersebut. Hal ini penting untuk memberikan visualiasasi lokasi tersebut kepada warga.
Ternyata di Desa Bodag tempat favorit untuk melakukan ritual BAB berada di sawah dan sungai bagi mereka yang tidak memiliki WC. Bahkan ada juga warga yang telah memiliki WC namun tidak digunakan. Hal ini dikarenakan faktor kebiasaan yang telah mendarah daging.  Alasannya sangat menggelitik, seperti yang diucapkan salah seorang warga, “mas kalau tidak BAB di sungai tidak bisa keluar“. Hal tersebut menyebabkan seluruh ruangan riuh dengan gelak tawa sekaligus membuat saya pusing dibuatnya.
 Gambar3. Tim Pemicu
Dalam pemicuan jika ada masyarakat yang BAB sembarangan kita wajib memberikan gambaran visual. Sehingga kalian membutuhkan media peta keadaan sekitar (bisa dibuat di lantai/gambar kertas/sekreatif kalian), untuk menunjukan lokasi mereka melakukan rutinitas BAB. Kemudian jangan lupa membuat alur cerita agar warga terkesan malu, jijik, dan takut untuk BABS setelah acara selesai. Disini intinya, kita mengarahkan warga setempat agar malu dengan kebiasaan mereka BABS.
Bagaimana cara melakukannya? Salah satu caranya dengan berargumen, “apakah saudara tidak malu apabila waktu BAB ada yang mengintip?” Atau dengan pertanyaan, “apakah para warga tidak jijik jika sungai yang dibuat nyuci, dikasih “tai” oleh warga lain?”, “apakah warga tidak takut terkena diare?”,dll. Penjelasan dengan alat peraga akan menambah nilai tambah pada tahapan ini. Seperti warga disuruh cuci tangan dengan air yang telah dikasih kotoran alias “tai” tersebut. Hal inilah yang akan mendorong masyarakat sendiri sadar dan tergugah untuk menyadarkan masyarakat lainnya.
Kemudian pada sesi inilah yang paling seru yakni ketika membahas tentang kesimpulan. Sungguh budaya timur kita sebagai bangsa Indonesia masih belum luntur di telan modernisasi. Pembahasan berlandaskan musyawarah untuk mufakat dan rasa “gotong royong” masih kental melekat di Desa Bodag. Hal ini terlihat dari salah satu saran warga yang berpendapat, mari setiap sabtu / minggu kita bergotong royong. Untuk masalah dana jika yang bersangkutan belum memiliki dana, kita carikan dari program pnpm.
Hingga akhirnya keputusan untuk bergotong royong diambil secara mufakat. Dengan pemahaman bahwa Desa Bodag harus bebas BABS. Saran tersebut diabadikan pada sebuah tulisan yang ditandatangani kepala desa dan perwakilan masyarakat.
  
Gambar5. Kesepakatan Hitam di Atas Putih
Sebelum menutup acara hal yang perlu dilakukan adalah memberikan apresiasi kepada warga yang mau merubah pola hidupnya dengan tepuk tangan meriah. Sebelum meninggalkan lokasi pemicuan jangan lupa membersihkan ruangan seperti sedia kala dan berpamitan secara sopan dengan para warga.
Akhir kata saya ingin melantunkan kata – kata ajakan, jika saya bisa tentunya kalian pasti bisa. Ayo! Bergerak untuk mewujudkan Indonesia bebas BABS. Hal tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri dan lingkungan terkecil sekitar kita.
Pesan saya, hendaknya pada  acara – acara berbasis masyarakat kita memegang prinsip, Kedatangan kita bukan sebagai pemberi solusi tetapi sebagai penengah agar masyarakat bisa memberikan solusi sendiri atas permasalahannya, istilah kerennya biar gak berpangku tangan atau dari masyarakat untuk masyarakat”. 

Karena kita “Sang Jagoan”

Sekian lama sudah tidak berpartisipasi pada kegiatan sosial kini rasanya adrenalin untuk melakukan hal tersebut kembali terpacu. Akhirnya wadah untuk menyalurkan adrenalin itu ada pada acara health for kid. Acara yang digagas oleh UKM KSR PMI ITS ini dilaksanakan di SD keputih kejawan. Acara yang memiliki peran untuk mengenalkan phbs kepada anak – anak ini sungguh luar biasa mendapat antusias dari para siswa.

Gambar1. Acara di kelas

Ngomongin PHBS, sudah pada tahu apa artinya belum? PHBS adalah singkatan dari perilaku hidup bersih dan sehat. Pada penyuluhan ini para siswa akan diberi pengarahan mengenai hidup bersih dan sehat. Meliputi pemakaian jamban saat BAB, menggunakan air bersih, olahraga teratur dan terukur, mencuci tangan dengan sabun, membuang sampah pada tempatnya dan pemberantasan jentik nyamuk.

Berkesempatan menjadi pemateri tidak saya sia – siakan untuk membagi ilmu kepada adek adek di sekolah dasar. Meski pada mulanya sulit untuk dikondisikan namun perlahan semuanya bisa diatasi. Dengan jargon sang jagoan, anak anak mulai berantusias dengan kegiatan ini.

Sang Jagoan!
Aku sehat (A)
Aku kuat (A)
Belajar!
Jadi mantap (A)

Hal menarik ternyata anak SD sekarang sudah mulai paham mengenai waktu gosok gigi teratur, hal ini dibuktikan dengan bisa menyebutkan waktu yang baik untuk gosok gigi yakni setelah makan dan sebelum tidur. Tidak hanya menebak, para anak SD juga mampu untuk menjelaskan alasan dari jawaban yang mereka lontarkan. Selain itu mereka juga telah mampu memperagakan cara gosok gigi yang baik dan benar, bahkan satu diantara mereka sangat paham dengan menyebutkan “tidak lupa lidah juga perlu digosok”, sesuatu yang sangat membanggakan.

Antusias pengenalan budaya bersih dan sehat sangat perlu ditanamkan sejak dini. Hal ini untuk membuat mereka terbiasa melakukan hal positif di masa pertumbuhan dan akan dibawa saat mereka telah dewasa. Mari kita berbagi untuk sesama, menularkan semangat positif untuk antusias melakukan perubahan di negeri tercinta ini.

Mari mengawalinya dari hal kecil dan aksi nyata yang kita bisa lakukan.

4

Gambar2. Poto bersama setelah kegiatan